Heboh “Short Pants”!

Beberapa pekan yang lalu saya dan keluarga beruntung dapat menikmati indah dan sejuknya kota wisata Batu di Jawa Timur. Lebih bersyukur lagi kami dapat mengunjungi sebuah anjungan wisata terbesar dan terkenal di sini. Kami disambut dengan anjungan rumah-rumah adat suku-suku di Indonesia lengkap dengan manekuin-manekuin berpakaian adat yang , menurut saya, sangat menunjukkan betapa kaya dan agungnya peradaban bangsa kita. Belum lagi bebrapa alat musik tradisionalyang dipajang di sini dan juga kami punya kesempatan untuk langsung mencoba memainkannya! Wow!

Sejurus kemudian kami menuju ke beberapa anjungan science yang cukup memberikan pengetahuan baru bagi anak-anakku. Beberapa konsep fisika dan kimia disampaikan kepada pengunjung dengan aplikasi alat-alat peraga dan percobaan yang cukup informatif .

Setelah belajar bersama di anjungan science, kami sekeluarga menuju wahana-wahana hiburan yang cukup menantang adrenalin kami seperti  volcano coaster dan lain-lain. Kami pun antre untuk menikmati wahana itu. Kulihat sekelilingku. Mataku tertuju pada sekelompok “youngsters” yang sangat mencolok di antara kerumunan antrean kami. Semua cewek rombongan itu memakai celana pendek (short pants) yang supeeeeer pendek, mungkin hanya beberapa sentimeter di bawah pangkal paha!  Dan, semua dari mereka tampil” sangat sexi” dengan balutan kaos “you can see” tipis mereka!

Astaghfirulloh…batinku dalam hati. Tanpa malu sedikitpun mereka mengenakan mode baju seperti itu, bahkan tampaknya mereka malah merasa bangga dan sangat pede dengan penampilan mereka. Tentu saja bagi mereka yang mata keranjang, momen antrean ini menjadi sangat mengasyikkan bagi mereka karena dapat “cuci mata” gratis. Namun saya yakin, bagi para pengunjung yangpaling tidak  masih menjunjung adat sopan santun dan meyakini norma masyarakat yang berlaku , atau yang terlebih lagi memegang teguh prinsip agama dalam kewajiban menutup aurat, maka mereka pasti merasa sangat “risih” melihat penampilan para “short panters”tadi.!

Hatiku berkata :”Ya Alloh, berilah petujuk pada mereka Ya Robb. Kaena mungkin mereka belum tahu tentang kewajiban menutup aurat. Mereka belum tahu, betapa Islam memulyakan tubuh-tubuh mereka , menjaganya dari pandangan dan pikiran kotor para lelaki nakal di luar sana. Ya Alloh, maafkan hambaMu  yang masih berada dalam taraf terendah keimanan dalam melihat sebuah kemaksiatan ini. Ya Alloh, jagalah anak-anakku di jaman yang sudah amat sanagt penuh dengan tantangan kerusakan nilai moral ini.”

Suamiku mesra punggungku, aku tersadar dari perenungan singkatku. Giliranku untuk mencoba wahana volcano coaster yang mengguncang adrenalinku. Namun ternyata, kilasan ingatanku tentang para “shot panters” lebih mengguncang perhatianku hingga kini. Aku berpikir: “Tidak bisakah pemilik anjungan-anjungan wisata menerapkan batas-batas minimal kesopanan berbusana para pengunjungnya? Bukankah para “shor panters” tersebut secara sengaja atau tidak telah melakukan porno aksi di tempat-tempat umum? Berapa ribu pasang mata lelaki yang mengakses “pemandangan ” yang, saya yakin, memicu hormon reproduksi mereka? Atau, tidakkah para gadis tersebut merasa betapa besar bahaya yang menghadang mereka, menagncam keselamatan mereka dengan pakaian yang seperti itu? Bisakah semua lelaki menahan nafsu mereka melihat penampilan mereka yng seronok itu? Bagaimana jika diantara para lelaki hidung belang itu melakukan kejahatan seksual kepada mereka?

Astaghfirulloh, ternyata perenunganku terus berlanjut ketika beberapa waktu yang lalu saya sempat ” mencuri” menyaksikan ultah sebuah coporate televisi terkenal di Indonesia. Kembali layar kaca kita disuguhi sebuah penampilan pembuka seorang artis muda terkenal yang sangat “berbakat” dengan suara dan dance-nya yang sangat attractive! Ia tampil , lagi-lagi, dengan short pants-nya yang supeeeeeer pendek, hampir tipis bedanya dengan ukuran dan bentuk (maaf-under wear). Ia berjingkrak-jingkrak, sambil menari dan juga diikuti para penari latarnya yang juga berpakaian yang sama!

Astaghfirulloh, porno aksi di televisi semakin marak dan terang-terangan dengan dibalut kata “krearivitas dan seni”! Haruskah para artis berpakaian demikian untuk bisa berkreasi dan berkesenian? Miskinkah khasanah kebudayaan kit?Tidak cukup indah, tidak cukup menginspirasikah pakaian-pakaian adat kita yang sangat elok dan elegan yang saya kagumi di anjungan wisata tadi? Haruskah , atas nama modernitas, para gadis Indonesia meng”import”  budaya “Short pants” bagi penampilan mereka?

Terlebih lagi bagi generasi muslim kita, model-model fashion seperti itu akan terus menjadi tantangan keimanan dan prinsip berbusana yang digariskan Alloh dan RosulNya. Fenomena short pants hanyalah sebagian kecil dari tantangan-tantangan dakwah kita. Bahkan model-model “busana muslimah” pun sekarang juga mulai digempur dengan model-model yang menyesatkan. Mulai dari model -model kerudung yang tidak standard , hingga celana panjang super ketat yang menjadi tren jilbabers.

Memang, sebagian dari para cewek  “short panters” yang sebagian juga muslimah tersebut mengikuti trend mode tersebut karena kejahilan mereka, ketiak tahuan mereka atas ketentuan syara dalam berpenampilan. Hal ini kembali kepada dangkalnya pemahaman aqidah mereka tentang aqidah Islam sebagai prinsip hidup -miqyas-standard penentuan norma baik-buruk dalam setiap gerak hidup mereka.

So, inilah tantangan bagi para pendidik dan pendakwah muslim. Dari institusi terkeci lperadaban umat, keluarga, para ibu harus menjadi penyampai standar perilaku yang sesuaiQuran dan Sunnah Nabi . Para guru dan Dai harus lebih memperhatikan penanaman mendasar aqidah yang mendorong umat untuk ridzo menerapkan ketentuan-ketentuan syara dalam setiap aspek kehidupan umat. Dan, dari diri kita sendirilah semua usaha tersebut harus dimulai.

Dan, langkah itu , salah satunya bisa dilakuakan dengan pemberian dan penyediaan alternative sarana hiburan dan informasi yang Islami kepada anak-anak kta. Menurut saya, ini  menjadi sebuah tuntutan yang mutlak untuk kita usahakan. Jadi, siapkah Anda untuk mengawali langkah dakwah in? Semoga. amin.

Dishonesty in tests, a serious problem!

Every time,when either the mid semester and final semester test come, a same question always comes to my mind. Are these kind of paper and pencil tests for my students are worth conducting?
Every school, including mine, of course always forms a specific committee to gather the test materials from teachers, multiply them, arrange and later give those test materials to students. Every teacher will also has a turn to be a supervisor for the test process. The committee has to arrange all of the supporting finance or budget for all of those necessities. And it is not a little amount of money!
But, I always find a reality that the process of those tests are far from being effective to measure our students authentic skills. I always find most, even, all students cheating during the tests. They do not trust their own competence in doing the tests. Furthermore, most teachers regard that this cheating behavior as common and not destructive for their students achievement.
So, every test period seems become “a joking period of measuring our students knowledge and skills”!!
To tell you the truth, I’m still confused about it and have not got such an effective formula to handle this problem!
But, to me, all this kind of dishonesty, at least can be reduced if schools apply many more various testing methods to measure our students’ authentic skills. The other methods such as presentations, language skills performances, real hand made creations , project tasks can be delegated to students.
I think those “real and much more contextual tasks” will motivate our students to be more self directed , generous , creative and, of course honest in doing their tasks.! Do you have any solutions for this problem? Please share with me!

Muharam…datang menjelang!(sebuah perenungan)

Aamdulillah, kita telah sampai lagi pada akhir tahun hijriyah yang tahun ini juga berhimpitan dengan penghujung tahun baru masehi. Bagi kita seorang Muslim pergiliran dari siang ke malam, dari hari ke hari, dari pekan ke pekan, dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun seharusnya menjadi sebuah perenungan yang menyadarkan kita semuanya tentang hakikat kehidupan ini. WAL “ASHRI” demi masa….sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian dalam menjalani detik demi detik kehidupannya yang semakin menuju titik akhirnya!

Ya, kita semua adalah orang-orang yang merugi dengan semakin bertambah panjangnya (red. bertambah kurangnya) usia kita bila kita tidak mengisinya dengan IMAN dan Amal SHOLIh dan juga SALING MEMBERI NASIHAT pada KEBAIKAN dan KESABARAN!

Wal ASHRI, satu kata dalam Al Quran yang begitu singkat, simpel….namun……merupakan lautan makna dan pelajaran bagi seluruh insan yang masih hidup menjalani waktu-waktunya yang terus berlalu di atas dunia ini….termasuk aku…!

Yaa Robb, panjangkan umurku dengan kebaikan dan ibadah dan ketaqwaan….bimbinglah hamba untuk menjadi lebih berharga di sisi MU! Amin!

Nasib Pendidikan “Kebo Nusu Gudel”

Alhamdulillah….aku bisa nulis lagi nich…setelah berbulan-bulan tidak kutuangkan ideku di blogku….Yah masih tentang pendidikan…dunia yang selalu setia kugeluti….Banyak ctatan yang seharusnya ku-sharingkan dengan Anda semua…Dan kali ini saya ingin berkisah tentang sebuah peribahasa Jawa..”Kebo nusu gudel”..Hayo…penasaran..kan? Apa hubungannya dengan dunia pendidikan kita? Ini dia bahasannya…..

Sebuah proses pendidikan formal yang biasa diselenggarakan di sekolah-sekoalh yang diselenggarakan dibawah kurikulum resmi yg didesign berdasarkan perumusan dari undang-undang pendidikan, yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah-sekolah setiap harinya secara terencana dan (harusnya) terukurdengan baik….seharusnyalah mampu menunjukkan eksistensinya dalam mmbekali murid-murid dengan keilmuan, skill/kompetensi yang diharapkan disamping tuntutan pendidikan akhlak yang harus selalu terintegrasi dalam setiap proses KBM.

Namun, saya dan kita semua akhir-akhir ini dihadapkan pada sebuah fenomena yang “memprihatinkan” di mana eksistensi pendidikan formal kita dikerdilkan oleh “malpraktik-malpraktik”  pihak-pihak  yang berinteraksi langsung dengan dunia pendidikan itu sendiri. Ketika UNAS tiba, kami melihat begitu maraknya para siswa yang “mewajibkan” dirinya mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah..!Hanya sebagian kecil saja dari meeka yang masih “percaya” pada peran guru-guru di sekolah, bahwa mereka sudah “cukup” membekali kemampuan untuk menghadapi UNAS. Tapi lihatlah…betapa krisis ketidakpercayaan terhadap sekolah itu sudah demikian mewabah di sekitar kita…

Seakan-akan sekolah hanya sebagai sebuah intitusi yang memberikan “Cap Ijazah” di akhir masa kelulusan.namun…secara filosofi…apakah benar sekolahlah yang telah menjadi tempat menimba ilmu bagi para siswa sehingga mengantarkan mereka ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi?

Repotnya…saya menjumpai sebuah fenomena yang lebih tragis! Sebuah sekolah mendatangkan “bala bantuan ” tenaga tentor dari sebuah lembaga bimbingan belajar untuk lebih mem”PEDHE”kan murid-muridnya dalam menghadapi UNAS……

Lha…terus gimana alur berpikirnya? Bukankah ini “Kebo nusu Gudel” namanya(red. dlm b. Indonesia” Kerbau menyusu kepada anaknya…sebuah ungkapan sindiran yang menunjukkan sebuah kondisi yang ironis…dan tidak semestinya terjadi).

Tiga tahun sebuah proses pembelajaran yang kontinyu baik di SMP maupun SMA, akhirnya dikebiri dengan beberapa bulan proses drilling soal oleh lembaga-lembaga non formal..!

Seharusnyalah sekolah-sekolah kembali bangkit menunjukkan peran dan eksistensinya dalam menggembleng para siswanya dalam belajar. Ada hal-hal signifikan yang tidak dimiliki oleh sebuah bimbel….dan itu seharusnya diperoleh dari guru-guru di sekolah….diantaranya :keajegan, kesabaran dan kasih sayang dalam menunggui “proses berpikir-masa inquiry siswa dalam mencerna ilmu/kompetensi yang sedang dipelajari,interaksi yang bersifat antara “orang tua-dan anak”, integrasi nilai-nilai ilahiah dan aspek-aspek moral psikologis lainnya.

Dalam bimbel,anak-anak kita disodori dengan “trik-trik praktis dan jitu” dalam menjawab soal-soal tulis, sehingga tidak dapat dielakkan “atmosfir” belajar di bimbel memang hanya mengejar kepraktisan dan jalan pintas dalam menyelesaikan soal-soal.

Bila kita renungkan bersama, kemampuan riil siswa dalam proses belajar untuk hidup mereka tentunya tidak hanya diukur dari soal-soal tulis semacam UNAS saja….Kemampuan riil mereka harusnya digali dengan memvariasikan jenis-jenis evaluasi yang lebih produktif yang bisa menunjukkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah-masalah yang langsung berhubungan dengan hidup mereka.

Bentuk-bentuk penilaian melalui porto folio, presentasi, produk-produk karya atau pun proyek-proyek kerja agaknya masih amat jarang dijamah dalam praktik pebelajaran di sekolah-sekolah kita. Kondisi ini diperparah dengan kebijakan penyelenggaraan UNAS yang masih dijadikan sebuah barometer kelulusan siswa!

Maka tak heran jika murid-mu kita…bahkan para guru dan penyelenggara sekolah sekali pun masih dan terus terjebak pada orientasi pencapaian nilai UNAS yang didapat dari hasil penhafalan konsep-konsep mata pelajaran…bukan pada esensi tercapainnya kompetensi nyata para siswa yang sebenarnya harus dikuasai untuk memecahkan problem-problem kehidupan nyata yang harus mereka hadapi kelak.

Jadi..mengapa tidak kita mulai dari diri kita sendiri, dari anak-anak kita..dari sekolah kita ..untuk mencoba meluruskan “arah” pendidikan ini dengan menciptakan sistem pembelajaran yang menstimulasi para guru agar lebih kreatif mendesign setting pembelajarnnya, sehingga para siswa diajak untuk benar-benar “menceburkan” dirinya ke konteks pembelajaran yang nyata di lingkungan hidupnya. Kita variasikan metode pembelajaran, kita rangsang mereka untuk berpikir dan berkarya nyata,mengeksplorasi lingkungannya, menemukan dan mencipta sesuatu, berani memberikan alternatif solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang ada…bukan hanya sekedar berorientasi pada memilih diantara huruf a,b,c,d atau e pada lembar jawaban UNAS!

Bagaimana……?Anda siap masuk ke zona tantangan ini….saya tunggu sharingnya ya…..!

Jauh-Dekat …itu RELATIF!

Akhir-akhir ini aku jadi “racer!” Lho,Kog? Ganti profesi? Ndak juga……Anda penasaran? Ini jawabannya…

Alhamdulillah SK pengangkatanku sudah turun. Dan di hari H penerimaan SK itu, seperti CPNS yang lain pun aku juga bertanya-tanya dan sangat penasaran …di manakah sekolah baruku itu?
Amplop coklat itu pun kuterima….tertulis di situ nama sebuah SMKN “baru” di “pinggiran” Tulungagung…Alhamdulillah, ladang amalku bertambah. 25 kilometer jauhnya dari pusat kota yang kutinggali. Sejumlah konsekuensi dan “tantangan” amanah mendidik siswa-siswaku yng “cowokABG” semua mulai kuhadapi.
Jauh….dekat….sebenarnya itu yang dipertanyakan semua CPNS teman-temanku yang akan bertugas di sekolah barunya masing-masing…Bahkan aku dengar kabar ada “rumor” beberapa diantara mereka “rela” mengeluarkan sejumlah nominal “amplop sakti” agar mereka ditempatkan di sekolah-sekolah kota…….maasyaa Alloh! Wallohu a’lam…
Kugas kencang sepeda motorku di pagi hari ini…kunikmati setiap hembusan angin sejuk hawa perbukitan di sepanjang perjalananku…..kunikmati setiap jengkal keindahan alam yang Alloh ciptakan di panorama sekelilingku…..Subhanalloh…terasa dekat dan cepat perjalananku ini….
Yah, 25 kilo bisa terasa jauh dan lama…tapi 25 kilo bisa terasa saaaaangat dekat dan cepat perjalananku ini…
Sidqunniyyah…niat yang bulat dan ikhlas menerima amanah ini membuatku bersyukur atas semua ketentuan Alloh kepadaku…
Yaa Alloh, jagalah selalu niatku dalam setiap amalku berdakwah lewat jalur pendidikan ini…..semoga tidak Engkau sia-siakan di Yaumil Qiyamah nanti..amiiin..

Pe En Es dan Jilbab Panjang

Cuaca cerah dan hawa sejuknya kota Tulungagung kurasakan kemarin pagi ketika kukendarai motorku memasuki pelataran kantor PEMDA.Sejurus kemudian sudah kulihat antrean yang lumayan panjang para CPNS (termasuk aku..he..he)untuk mengambil undangan pembagian SK pengangkatan pegawai. Satu persatu dari kami maju ke meja yang berderet-deret di bangku ruang kepegawaian itu untuk mencari nama kami dan menandatanganinya. Namun, setelah kucari-cari cukup lama namaku tidak tercantum dalam daftar tadi. Ternyata ada juga beberapa orang di sampingku yang mengalami nasib yang sama. Kulihat wajah mereka agak sedikit khawatir. Iseng-iseng aku berkomentar” Sabar, Mas, Insya Alloh mesti ada!”

Aku berikhtiar mencari langsung lewat daftar komputer pada salah seorang pegawai BKD itu..namun belum selesai urusanku, tiba-tiba dari pojok ruangan seorang bapak separuh baya, berperawakan besar dan gemuk dengan kumis ala Saddam Hussein-nya memanggilku dengan keras;”Hei, Mbak..Mbak..Ya..yang pakai jilbab besar , kemari!”

Kutengok bapak itu dan aku segera menuju ke mejanya, aku heran dan bertanya-tanya;”Mengapa ya aku dipanggil..tapi yang lain kok nggak?”

“Duduk, Mbak!, katanya,

“Ya, Pak? Bapak memanggil saya?”tanyaku.

Tiba-tiba saja sebuah pertanyaan yang tidak aku sangka-sangka sebelumnya meluncur dari mulut si Bapak itu,“Mbak, jane nek nganggo jilbab rasah sing gedhe-gedhe iso ora? Itu lho kayak yang dipakai Mbak Yeni (stafnya-red).Karena kalau PNS itu seragamnya harus rapi dan sudah ada aturannya.Biar geraknya lincah dan tidak mengganggu kerja! Itu juga…yang pake cadar-cadar itu saya tidak setuju!”

Sejenak aku tertegun dan agak kaget dengan pertanyaan itu. Namun kutenangkan diriku dan kubaca Bismillah dalam hati untuk memberikan sedikit maklumat pada bapak ini. Dengan halus dan lembut kujawab,”Terimakasih masukannya, Pak, namun maaf Pak. Menurut saya prestasi dan kinerja seseorang tidak bisa hanya dilihat dari pakaiannya saja………” Terpaksa kusebutkan prestasi-prestasiku yang Alhamdulillah kuraih selama hampir 13 th mengajar di sekolah-sekolah Islam.

Tampaknya si Bapak tadi masih tetap bersikeras dengan tegurannya tadi,        “Iya, Mbak tapi Njenengan nanti di lingkungan negeri harus bisa menyesuaikan!”

Aku ganti bertanya,”Maaf, Pak. Agama bapak apa ya?”

Dengan jawaban yang lirih Beliau menjawab,”Islam.”

“Begini, Pak…..”kulanjutkan penjelasanku. “Setahu saya ada beberapa pandangan yang berbeda dari ke empat madzhab dalam Islam tentang batasan menutup aurot. Menurut Imam Syafii seluruh tubuh wanita adalah aurot kecuali kedua matanya, sedangkan saya mengambil pendapat dari ketiga imam yang lain bahwa hanya muka dan kedua telapak tanganlah yang boleh terlihat. Dan tentang kenapa kerudung saya panjang. Itu karena di salah satu surat di Al Quran ada perintah untuk menutup kerudung itu sampai ke dada-dada kami para wanita (fii juyuubihinn-red), Tapi, terimakasiiiiiiiiiih sekali masukannya. Nanti akan menjadi bekal bagi kami untuk lebih bisa berdaptasi di tempat yang baru!”,sambil ku”persembahkan” senyum termanisku!

Hampir semua CPNS yang lain memandangku dan bertanya-tanya mengapa aku mendapatkan “kehormatan khusus” hari itu……

Maa syaa Alloh…sebuah sinyal-sinyal tantangan baru saja menyapaku untuk merealisasikan kiprah dakwahku di “ladang baru” yang pasti lebih heterogen dan “menantang”!

Kusadar ini baru permulaan…. tantangan-tantangan yang lebih besar pasti akan mengujiku..untuk membuktikan niatku semula menempuh jalur ini setelah hampir lebih 10 th aku berada di “zona Islami” yang begitu “nyaman’ untuk keimananku.

Kujemput amanah baru itu Yaa Alloh….ini membuktikan bahwa “di luar sana”banyak  saudaraku yang belum begitu memahami dien-nya..Semakin tertantang hati ini…semakin kubersyukur akan hidayah iman dan Islam ini…Dan ini harus kubagi kepada saudara-saudaraku di “luar sana”!

Yaa…Robb..fa aqim wajhiy ilaika…Allhummahdii qoumiy…..fan shurnii..la haula walaa quwwata illaa billaaah.

(sebuah catatan pribadi)

Life is Short

Have you watched an advertisement “life is short”?

I have been impressed with that advertisement. It showed a young woman who was about to give a birth in a birthing room surrounded by some doctors and other medical staffs helping them to give birth her baby. The woman was trying hard to take a deep breath helped with a respiration tool…and finally she succeeded in giving birth the baby. What makes me impressed was the next scene of the film that is: the new born baby was showed jumping and flying over the room out of the window and flying over the sky and it grew older became a child, then a boy and then an adult man and an old man…and then finally the old man fell down, crushed into his grave yard! And the advertisement was closed with a very wise utterance :”Life is short. Do more!”

I see the soul of Islamic teaching in this advertisement! Let’s recall some verses in the Holy Quran stating that our life on this earth is short and not eternal.

“Wa maa hayaataddunya illaa mataa’ul ghuruur” Life is nothing but a  a kind of faking  joy.

“Wal aakhirotu khoiruw wa abqo” And the Akhirat ( eternal life) is much better much more eternal.

“Wal aakhirotu khoirullaka minal uula” And the Akhirat is much better than the previous one!

So. Brothers and Sisters, if we have known that life on the earth now is “small” and “short” what should we do? Alloh, our God says in Quran Surah Al “Ashr that all of men are bankrupt except those who have strict faith and do good deeds and those who always remind others of good things ans suggest them for obedience.

And the essence of this teaching seems to be “summarized” in this advertisement! Well, le’t do our best in everything we do. let Alloh find us as successful servants before Him with our all good deeds we can create! AMIN                                             (my own self contemplation)

Hadiah bagi Seorang Guru

Tak terasa mataku mulai sembab dan butiran-butiran air bening mulai mengalir dari kedua kelopaknya. Segera kusapu dengan sapu tanganku. Aku tamk ingin murid-muridku ikut larut dalam suasana hatiku yang begitu berbahagia dan sedih berbaur jadi satu!
Itulah sepenggal pengalamanku kemarin lusa ketika hari itu aku dikejutkan dengan datangnya serombongan “tamu tak terduga” di kantor sekolahku. Ya, kemarin sekitar 20 orang murid angkatan kedua SMPI Al Azhaar “menyerbu” kantorku untuk menemui para guru-guru mereka dulu. Saya sendiri telah kurang lebih sekitar lima tahun berpisah dengan mereka semenjak saya dan suami pindah tugas ke Tuban. Dan kali ini ketika saya dan keluarga telah kembali lagi ke Tulungagung, saya sangat berbahagia dapat dipertemukan dengan mereka lagi dengan wajah-wajah yang lebih dewasa dan tubuh-tubuh yang semakin kekar dan berisi. Subhanalloh, murid-muridku…anak-anakku, mereka datang untuk memohon doa restu dari kami agar diberi kemudahan dalam menghadapi UAN SMA tahun ini. Salam ta’dzim mereka ketika satu persatu bersalaman dan mencium tanganku membuat aku terbayang wajah-wajah polos dan culun mereka lima tahun lalu…..
Sejenak canda dan tawa menghiasai percakapan saya, suami dengan mereka. Kebetulan suami saya masih menyimpan rekaman video pembelajaran dengan mereka lima tahun lalu. Kami pun tertawa “gayeng” mengomentari “akting” masing-masing anak.
Kebahagiaanku tak hanya terhenti di situ, malam harinya mereka datang ke rumah untuk bersilaturohmi. Memang…suamiku menjanjikan acara”pembekalan khusus” bagi mereka untuk menghadapi UAN 2009. Kusiapkan minum dan snack ala kadarnya sambil menunggu kehadiran “anak-anakku ‘.
Kudengar ucapan salam menyapaku, benar! Mereka datang berombongan hingga membuat halaman rumahku penuh sesak dengan motor-motor dan helm mereka. Sebuah kotak dus aqua diturunkan oleh para ikhwan “Bu, ini dari anak-anak!” Tak ketinggalan para akhwat menyerahkan beberapa bungkus jajn pasar,” Bu ini untuk tambah-tambah snack!”
Alhamdulillah….mereka tumbuh dengan pemahaman akhlaq yang baik…gumamku dalam hati.
Sejurus kemudian suamiku mulai meng-on-kan LCD dan lap topnya. Materi pembekalan motivasi UAN 2009 mulai disampaikannya dengan penuh antusias dan gaya yang humoris dan akrab, dan sering diselingi dengan gelak tawa para muridku! Memang…suamiku seorang motivator yang hebat…Meski lima tahun yang lalu kita berpisah, namun komunikasi suamiku dengan mereka tampak sangat hangat dan tulus. Semua muridku mnyimaknya dengan tekun dan fokus.
Yang tak kalah manisnya adalah ketika kami bersama-sama menyanyikan lagu “My Heart” gubahanku dan suamiku yang kami ubah dengan tema MURID SEJATI sejati. Suamiku memainkan gitar dengan penuh perasaan dipadu dengan nyanyian kompak mereka…….
Tiba juga giliran para muridku itu “curhat” soal kegundahan mereka menghadapi UAN. Beberapa kepolosan dan kelucuan tetap menonjol dati ucapan-ucapan mereka, misal ‘” Wah, Ustadz, saya khawatir kalau sms-nya nanti ndak lancar!”Spontan kami semua tertawa. Dengan sabar suamiku memupuk kepercayaan diri mereka dengan menceritakan pengalaman-pengalaman pribadinya dan beberapa tayangan slide yang mendukung.
Malam pun mulai larut….doa mulai kami panjatkan keharibaan Alloh moga kami semua tetap bisa terus bersilaturohmi lebih dari sebagai guru-murid tetapi sebagai “ank dan orangtua”. Yaa Robb…jagalah mereka karena Engkaulah sebaik-baik penjaga dan guru bagi mereka. Yaa robb jadikanlah mereka generasi penerus umat ini yang akan meninggikan kalimatMu, meneruskan jalan dakwah ini…..setelah kami pergi menghadapMu. Yaaa Robbkabulkanlah ciat-cita mereka..Amin. Yaa Alloh, terimakasih,hamba bersyukur atas hadiah yang indah bagiku dan suamiku hari ini.!
Selamat menempuh ujian Anak-anakku…tidak hanya ujian Nasional …tetapi juga ujian-ujian yang akan terus menyongsongmu di kehidupanmu mendatang.
Doa kami selalu untuk kalian semua…!

Demokrasi “Kemaruk”

Anda pasti sudah tahu,kan berapa jumlah partai peserta PEMILU 2009? Yap! Memang 44 bukanlah jumlah partai yang sedikit. Bahkan boleh saya katakan bahwa sebenarnya predikat “Mbahnya” demokrasi sekarang sebenarnya sudah tidak berhak lagi disandang oleh si Amrik, tetapi sudah menjadi hak Indonesia. Bagaimana tidak? Di Amerika saja yang mengaku menjadi “promotor” utama demokrasi hanya ada 2 parpol utama:Republik dan Demokrat, nah lho!

Kalau begitu Indonesia itu hebat yach? Sudah benar-benar berani menerapkan demokrasi secara total? Mungkin sebagian dari kita berpikir seperti itu dan itu sah-sah saja, karena selama ini jargon demokrasi begitu membahana di kancah politik dunia sehingga hampir semua negara berlomba-lomba untuk menjadi “Sang pemerjuang Demok asi terdepan!”

Sebenarnya, bagaimana sich hakikat demokrasi. benar nggak sich kalau demokrasi itu adalah “harga mati” sebagai jalan terbaik dan hakiki untuk mencapai peradaban manusia yang adil , beradab dan sejahtera?

Dalam sebuah ayat Alloh berfirman: Wa in tuti’ aktsaro man fil ardzi yudzilluka ‘an sabiilillah, in yattabi’uuna illadzdzonn….. ‘Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di  uka bumi maka mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh, sesungguhnya mereka hanya mengikuti persangkaan mereka belaka dan sesungguhnya mereka itu ragu-ragu..)

Mari kita lihat sistem dan teknis demokrasi yang selama ini dipraktikkan.

1. Setiap orang dalam sistem demokrasi diberi hak yang sama untuk memilih wakil-wakil mereka di parlemen. Semua orang baik orang itu baik atau culas, berpendidikan atu awam, kiai atau pencopet, alim atau brandal dianggap mewakili satu suara yang sama. Bagaimanakah pendapat anda tentang hal ini? Seorang yang bijak dan berilmu pasti akan selalu menggunakan perhitungan yang matang, analisis yang berbobot, hati nurani yang bersih ketika akan menentukan sesuatu. Namun, bagaimana dengan “jenis” manusia-manusia yang lain? Bagaimana dengan orang-orang awam yang tidak bisa baca tulis, yang buta politik, mudah dimobilisasi orang lain dan tidak mampu “membaca” jalannya peta kehidupan negara ini? Ingat dalam  ayat-ayatNya  Alloh selalu membedakan kedudukan orang yang berilmu dan yang tidak: ” Yar fa”ilaahulladzziina aamanuu wal ladziina uutul ‘ilma darojaat” Alloh meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.

2. Dari hasil pemilu nantinya para wakil rakyat tidak hanya akan berhak mewakili mereka dalam memperjuangkan hak-hak dan kepentingan mereka namun juga akan mempunyai hak istimewa berupa hak menentukan perundangan yang berlaku di negara kita ini. Para wakil rakyat berhak menentukan kebijakan-kebijakan yang kadang hukumnya sudah jelas diatur secara tegas oleh syara, contoh hukum produksi dan penjualan miras, prostitusi, dll. Jadi, akhirnya kita sebagai Muslim seakan dibenturkan pada dua “sumber hukum” yang berbeda, norma /hukum negara dan hukum agama. Pernah saya berinisiatif melaporkan adanya pesta miras di lingkungan kami kepada salah sat stasiun radio yang berjargon penampung suara masyarakat, namun sang penyiar balik bertanya kepada saya untuk menklirkan apakah orang-orang yang saya laporkan itu menkonsumsi minuman beralkohol atau minuman keras? Wah, saya jadi heran! Ternyata standar ” haram” bagi minuman keras adalah pada seberapa tinggi kadar alkohol pada minuman itu. Dalam batas beberapa persen ternyata masih dianggap minuman ringan!

3. Dari hasil pemilu pula rakyat berhak memilih pemimpin mereka, entah dengan dasa/standar apa pun yang mereka yakini. Di sini sangat potensi munculnya kembali hasil pilihan dari mayoritas “awam” penduduk negeri kita, awam dari ilmu agama dan pengetahuan mereka yang mampu menjadi pembimbing mereka agar mampu memilih pemimpin dengan standar yang ditetapkan syara’. Hasilnya pasti akan bisa ditebak! Pemimpin yang terpilih tidak akan memahami tugasnya sebagai pemimpin umat yang bisa mangarahkan mereka ke kehidupan yang maslahat uantuk dunia dan akhirat .

BERSAMBUNG….INSYA ALLLOH!

Life

life is so miraculous
life is so amazing
but……sometimes
life is so mysterious
life is so unpredictable
life is so empty and silent…..
life……is full of enjoy but also sadness
life is a kind of sets of trials…..
from God
Alloh the Almighty